14 November 2008

Sepak bola nasional tercoreng lagi

Lagi-lagi pemukulan anarkhisme terjadi di sepak bola nasonal kita, kali ini tragedi kekerasan di lapangan hijau menimpa kedua wasit (wasit utama dan wasit pengganti). Wasit utama dikeroyok sedemikian rupa (ditendang dan di hantam) laksana film kolosal sehingga tidak bisa memimpin jalannya pertandingan lagi dan digantikan wasit pengganti,. Tapi apa daya namanya preman lapangan hijau, wasit penggantipun tidak luput dari hantaman dan kejaran pemain laksana maling ayam dikejar keliling lapangan hingga kostum wasit yang dikenakan tertarik dan lepas (jadi takut nontong sepak bola nasional apalagi main dan jadi wasit,,,, ngeri...). Terlepas dari alasan apapun yang namanya kekerasan harus ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku (KUHAP pasal 35).
Dan saya sangat mendukung pendapat dan kecaman MENPORA (Bpk. Adyaksa Daud) bahwa pemain harus ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku bahkan dilarang main seumur hidup dipersepak bolaan nasional kitam, hal ini dimaksudkan untuk membuat jera pemain lokal bahkan pemain asing sekalipun, bahwa di negeri kita premanisme lapangan hijau sangat dilarang.
Dan harapan saya semoga KOMDIS PSSI memperhatikan dengan sangat persoalan ini, dan tidak seperti kasus-kasus sebelumnya, yang terkadang sanksi awal begitu berat tetapi ketika banding sanksi akan melempem. Dan buat pak polisi berantas juga premanisme di lapangan hijau jangan cuma di jalanan, terminal, pasar dan stasuin.

1 komentar: