14 Mei 2010

Kemana Dana APBN pendidikan kami?

Prestasi dunia pendidikan indonesia (SD, SMP, SMA, PT) sungguh amat membanggakan, kita hampir pasti masuk kedalam kategori Finalis dan juara di hampir setiap event internasional ( olimpiade matematika, fisika ), tapi apakah hal tersebut sudah menunjukkan kualitas pendidikan ditanah air ; ingat tanah air kita bukan hanya dikota-kota tempat sekolah elit dengan SPP jutaan rupiah perbulan tapi justru pendidikan kita lebih banyak bertebaran di daerah-daerah, desa-desa, kampung-kampung pedalaman-pedalaman yang jauh dari apa yang kita sebut-sebut sebagai teknologi, jangankan teknologi listrik saja tidak ada.
Lalu apa yang menjadi dasar dari tingkat kemajuan/peningkatan dibidang pendidikan, maaf tiap tahun standar kelulusan terus naik apakah itu yang menjadi dasar, lalu apakah tidak pernah terfikir seiring dengan tingkat standar kelulusan yang naik maka kecemasan, ketakutan, keragu-raguan terus juga menaik, takut tidak lulus, takut mengulang ujian lagi (ini lagi yang terkadang harus dipikirkan ulang), seiring dengan itu semua kecurangan-kecurangan juga terus naik, entah yang dilakukan oleh siswa sendiri karena takut lulus atau oleh oknum-oknum tertentu yang ingin mencari keuntungan semata dengan menawarkan jasa gelap (bocoran soal, kunci jawaban, dan kecurangan lain) semakin meningkat.
Ditahun ini dana pendidikan dinaikkan menjadi 20% dari APBN, semoga dengan naiknya dana pendidikan dana yang dikorupsi juga naik, karena menurut ICW telah terjadi Korupsi di Dinas yang seharusnya mencerdaskan bangsa ini :"Dalam laporannya, ICW menyebutkan dugaan korupsi di sejumlah daerah, antara lain Tasikmalaya dengan kerugian negara Rp1,7 miliar, Garut (Rp4,5 miliar), dan Simalungun (Rp18 miliar). (T.F008/B013/R009)", semoga bapak-bapak yang terhormat menjadi sadar bahwa korupsi hanya akan menyengsarakan rakyat termasuk anak cucunya sendiri nantinya.Dan semoga infrasturuktur pendidikan seperti bangunan sekolah diperbaiki sehingga timbul rasa aman dan nyaman ketika harus belajar, karena terus terang sekolah SD dimana saya belajar dulu sampai sekarang hanya memiliki 2 ruang kelas dan kemudian disekat-sekat untuk dijadikan 6 kelas, ironi sungguh ironi, mulai saya SD kelas 3 tahun 1988 harus belajar desak-desakan dengan hanya 2 kelas. Semoga pemerintah provinsi, dan pusat memikirkan hal ini, dan sadar bahwa masih banyak dana yang dibutuhkan sekolah-sekolah dari pada harus mereka korupsi.

1 komentar: